Pernah merasa sebal karena stuck di suatu level game? Nah, kalau kamu belum coba Getting Over It with Bennett Foddy, siap-siap, deh, ngerasain frustasi level dewa! Game ini unik banget—bukan soal grafiknya yang canggih atau alur cerita yang memukau, tapi soal cara dia bikin kita berpikir ulang tentang kesabaran, kegigihan, dan mentalitas kita menghadapi kegagalan.
Jujur, awalnya saya skeptis. Apa serunya game dengan karakter laki-laki setengah badan di dalam tong, bersenjatakan palu? Tapi, begitu main, saya sadar game Getting Over It lebih dari sekadar hiburan. Ini pengalaman mental yang nggak bakal kamu lupakan.
Dari pertama kali buka game Getting Over It, saya langsung disambut dengan kontrol yang… gimana ya? Nggak biasa banget. Karakter kita cuma bisa digerakkan dengan palu, dan kamu harus menyeret atau memutar untuk memanjat berbagai objek. Sounds easy? Salah besar.
Satu gerakan yang salah, dan kamu bisa langsung jatuh ke level paling bawah. Serius, saya pernah merasa berada di puncak, udah percaya diri, eh… palunya terpeleset, dan boom! Kembali ke awal.
Di sini, saya belajar bahwa kesabaran itu kunci. Awalnya, saya marah-marah sendiri. Tapi lama-lama saya sadar, marah nggak bikin karakter saya naik lebih cepat. Justru, makin saya tenang, makin mudah saya melewati rintangan.
Game Getting Over It ngajarin saya bahwa gagal itu wajar. Bahkan, ada narasi dari Bennett Foddy sendiri yang bikin saya berpikir. “Kadang, kita terlalu keras pada diri sendiri saat gagal,” katanya. Tapi di dunia nyata, seperti dalam game ini, kegagalan adalah peluang untuk mencoba lagi dengan cara yang lebih baik.
Salah satu alasan saya sering jatuh adalah karena saya terlalu buru-buru. Saya mikir, “Ah, bentar lagi selesai!” dan akibatnya jadi nggak hati-hati. Sama seperti hidup, kan? Fokus pada langkah sekarang jauh lebih penting daripada terus mikirin hasil akhir.
Tiap kali saya jatuh, rasanya pengen banting keyboard. Tapi saya sadar, kalau saya terus-terusan emosional, saya malah nggak bisa mikir jernih untuk mencoba lagi. Game ini bikin saya lebih sadar untuk mengontrol emosi, baik di game maupun di kehidupan nyata.
Kalau kamu mau mencoba game Getting Over It tanpa kehilangan akal sehat, berikut beberapa tips dari saya:
Pelan tapi pasti adalah strategi terbaik di game ini. Kalau kamu terlalu cepat, besar kemungkinan kamu salah langkah.
Setiap bagian dalam game ini punya trik khusus. Luangkan waktu untuk memahami mekaniknya. Percaya deh, setelah ngerti polanya, kamu bakal lebih mudah melewatinya.
Saat mulai merasa frustrasi, jangan ragu untuk berhenti sejenak. Kadang, mengambil jeda bisa memberi perspektif baru saat kamu kembali.
Seaneh apa pun game ini, coba nikmati setiap momen. Mulai dari pencapaian kecil hingga momen di mana kamu berhasil mengatasi rintangan besar.
Satu kata: emosional. Game ini menyentuh sisi manusiawi kita yang paling dalam—kesabaran, frustrasi, dan kegigihan. Selain itu, narasi dari Bennett Foddy menambah lapisan filosofi yang bikin kita merenung. Tidak banyak game yang bisa bikin kita belajar tentang kehidupan sekaligus menghibur, dan Getting Over It berhasil melakukannya.
Getting Over It adalah pengalaman yang nggak cuma menghibur, tapi juga mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Dari sabar menghadapi kegagalan hingga pentingnya menikmati proses, game ini benar-benar memberikan pelajaran berharga yang bisa kita terapkan di dunia nyata.
Kalau kamu mencari game yang unik dan penuh tantangan, saya sangat merekomendasikan Getting Over It. Siapkan mental, nikmati perjalanannya, dan ingat: tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Selamat bermain!
Apakah artikel ini membantu? Atau kamu punya pengalaman seru dengan game ini? Jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar!
The post Getting Over It: Jangan Menyerah! Game Belajar Kesabaran appeared first on Cssmayo.